BANJIR DARI ASPEK
EKONOMI
Banjir di Jakarta datang rutin hampir
setiap tahun. Tetapi siklus banjir besar datang lima tahunan. Namun saat ini,
banjir merupakan musibah terbesar dalam lima tahun terakhir. Dampaknya terhadap
penduduk dan kehidupan ekonomi sosial di Jakarta sangat meluas karena banyak
sudut wilayah Ibu Kota tersentuh oleh banjir ini.
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan
banjir kali ini diperkirakan sangat besar karena Jakarta bukan hanya pusat
pemerintahan tetapi juga pusat ekonomi, yang bertransaksi dengan seluruh
wilayah Indonesia. Dengan kemacetan ekonomi Jakarta, maka dampak ekonominya
meluas ke wilayah-wilayah di luar Jakarta.
Kerugian dunia usaha yang ditimbulkan
oleh banjir dalam waktu satu minggu ada yang memperkirakan mencapai Rp1
triliun. Memang belum ada statistik yang mengukur langsung secara tepat jumlah
kerugian ekonomi, yang diderita oleh warga Jakarta. Tetapi dampak kerugian
memang sangat meluas, seperti kegiatan distribusi barang, kegiatan penerbangan
di bandara, dan lainnya.
Selain itu, banjir juga telah
menyebabkan harga barang-barang kebutuhan pokok naik karena distribusi
barang-barang terhambat. Kenaikan harga barang-barang tersebut berkisar 10%
hingga 20%.
Banjir memiliki proporsi sebesar 40%
dari semua bencana alami yang terjadi di seluruh dunia dan menyebabkan setengah
kematian akibat bencana alam (Ohl: 2000). Di tahun 2013 ini, kejadian banjir
telahmenjadikan wilayah-wilayah di Indonesia tenggelam, khususnya hampir
seluruh kota Jakarta.
Jakarta, sebuah kota Metropolitan luasnya sekitar 661.52 Km2 dengan penduduk 9.588.198 jiwa (2010) diguyur hujan berkepanjangan. Sungai dan waduk meluap. Tanggul pun jebol karena tak mampu menahan banyaknya air akibat curah hujan yang tinggi beberapa hari ini. Namun, pada dasarnya banjir seharusnya tidak terjadi hanya karena intensitas hujan yang tinggi. Mengapa banjir bisa terjadi dan kian meluas di Ibu Kota?
Dalam beberapa dekade terkahir telah terjadi perubahan besar pada tata ruang di Jakarta dan kota sekitarnya, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Jakarta, sebuah kota Metropolitan luasnya sekitar 661.52 Km2 dengan penduduk 9.588.198 jiwa (2010) diguyur hujan berkepanjangan. Sungai dan waduk meluap. Tanggul pun jebol karena tak mampu menahan banyaknya air akibat curah hujan yang tinggi beberapa hari ini. Namun, pada dasarnya banjir seharusnya tidak terjadi hanya karena intensitas hujan yang tinggi. Mengapa banjir bisa terjadi dan kian meluas di Ibu Kota?
Dalam beberapa dekade terkahir telah terjadi perubahan besar pada tata ruang di Jakarta dan kota sekitarnya, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
- Ruang terbuka hijau di Jakarta dialihfungsikan menjadi kawasan pembangunan, seperti permukiman, gedung, dan jalan. Daerah resapan air menjadi berkurang sehingga air mengalir ke jalanan. Sebagian besar banjir ini terjadi di daerah-daerah tanggapan air, resapan air, yang dulu sejak zaman Belandasudah diperuntukkan untuk ruang hijau.
- Sistem drainase buruk di Jakarta. Revitalisasi terhadap sistem drainase di seluruh Jakarta dan jalan-jalan protokol seperti Sarinah, Thamrin, Sudirman, dan lainnya harus dilakukan oleh Pemerintah, selain itu membuat sistem drainase eco-drainase yang mengalirkan air ke sumber resapan.
- Fungsi waduk maupun situ tidak optimal. Tahun 1990-an, ada 70 waduk dan 50 situ di Ibukota. Yangtersisa kini hanya 42 waduk dan 16 situ. 50 persen di antaranya pun tidak dapat difungsikan secara optimal. Tumbuhan enceng gondok, limbah, dan sampah menutupi permukaan waduk-waduk. TerjadiPendangkalan akibat sedimentasi lumpur. Akhirnya waduk mengering dan dijadikan lahan hunian.Untuk meningkatkan kapasitas dan optimalisasi, perlu dilakukan revitalisasi pengerukan dan penataan agar waduk bisa menjadi cadangan air bersih.
- Belum dilakukannya normalisasi di semua sungai. Pemerintah harus melakukan normalisasi kali sekaligus merelokasi permukiman di bantaran sungai ke tempat yang layak huni.
Bila Banjir datang, muncul
ketidaknyamanan seperti kemacetan lalulintas yang parah dan sebagian warga yang
tinggal dititik-titik banjir harus bekerja keras menyelamatkan perabotan rumah
tangga ke tempat yang lebih tinggi, membersihkan rumah sehabis banjir dan tak
jarang yang mengalami sakit.
Secara umum dampak dari sebuah bencana
dapat dipandang dari sisi psikososial individu, ekonomi, lingkungan dan kesehatan.
Dari segi psikososial
diantaranya beberapa pengungsi yang terpaksa akan mengalami ketakutan,rasa malu
yang mendalam dan perasaan tidak berdaya bahkan perjalanan menuju tempat
pengungsian itu sendiri sudah merupakan trauma tersendiri bahkan banyak yang mengalami
gangguan stress pasca trauma bersamaan dengan gangguan depresi dan anxietas.
Selain itu bisa menimbulkan perlakuan salah terhadap anak (child abuse)
melibatkan anak dalam konflik ( penyanderaan anak) sebagai contoh anak dari
pasangan musdalifah dan nassar yang di culik pasca banjir. Masalah psikososial
lainnya seperti problem belajar, kenakalan anak dan remaja,problem
ekonomi,sikap pesimis dan cenderungan ketergantungan terhadap bantuan.
Segi ekonomi pun
terkena dampak dari banjir seperti Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah
wisatawan, biaya pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong
kenaikan harga. Pemerintah juga harus melakukan perbaikan di daerah yang
terkena banjir dibutuhkan biaya tambahan. Ditambah lagi dengan biaya pemeliharaan
fasilitas yang dapat mencegah banjir seperti drainase, bendungan, atau gerbang
sungai setiap tahunnya.
Dari segi Kesehatan
banjir yang mengenangi Jakarta dan sekitarnya juga menebarkan kekhawatiran
munculnya penyakit. Air banjir adalah sarana paling mudah untuk penularan
penyakit, seperti infeksi bakteri leptospirosis, infeksi saluran cerna, infeksi
mata, infeksi pernapasan, infeksi kulit, bahkan infeksi otak dapat ditularkan
lewat air.
Leptospirosis yang dikenal sebagai
demam banjir bisa menginfeksi manusia melalui kontak dengan air atau tanah,
masuk kedalam tubuh melalui luka lecet atau selaput lendir seperti mata.
Leptospirosis harus diwaspadai pasca banjir terlebih bakteri Leptospira bisa
bertahan didalam air selama 28 hari. Gejala klinis pada stadium pertama adanya
demam tinggi, sakit kepala, lemas dan radang mata. Pada stadium lanjut bisa
berakibat fatal akan muncul gejala penyakit kuning dan dapat menyerang ginjal,
hati dan paru-paru yang berakhir pada kematian. Kuman Leptospira yang mampu
bertahan sebulan di air dan tanah tapi akan mudah mati menggunakan disinfektan.
Penyakit infeksi saluran cerna
menimbulkan gejala demam, diare dan muntah sering ditularkan melalui air.
Penyakit ini meliputi gastroenteritis (infeksi saluran cerna) karena virus
rota, disentri, kolera, tifus, hepatitis A, giardiasis, cryptosporidiosis, E
coli, giardia, norovirus, salmonelosis atau sigelosis.
Penyakit infeksi mata menular lewat air
adalah moluskum kontagiosum dan konjungtivitis (adenovirus). Otitis eksterna
adalah infeksi telinga yang disebabkan karena Pseudomonas aeruginosa juga
ditularkan lewat air.
Infeksi kulit yang yang penularannya dapat melalui air adalah “Hot Tub Rash”. Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas. Penyakit kulit lainnya adalah Cercarial Dermatitis. Gejalanya berupa kulit yang terasa panas terbakar, gatal, pada kulit tampak bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan kadang disertai melepuh.
Infeksi kulit yang yang penularannya dapat melalui air adalah “Hot Tub Rash”. Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas. Penyakit kulit lainnya adalah Cercarial Dermatitis. Gejalanya berupa kulit yang terasa panas terbakar, gatal, pada kulit tampak bintil seperti jerawat kecil kemerah-merahan kadang disertai melepuh.
Sumber :
Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga
BalasHapuskesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
keep update!Harga Yamaha YZF