Selasa, 16 Oktober 2012

(B1-01-SS-12)


Kikis habis tawuran
Akhir-akhir ini marak kembali aksi tawuran entah itu yang dilakukan antar pelajar. Para pelajar yang seharusnya sedang giat belajar, meraka malah terlibat tawuran yang menjurus kepada tindakan kriminal. Padahal tawuran itu banyak sekali merenggut korban, bukan hanya korban luka atau cacat, tapi bisa sampai      meninggaldunia.
 Sama seperti tawuran pelajar, tawuran antar warga seringkali juga dipicu oleh perseteruan perorangan, yang kemudian dibumbui dengan sentimen golongan untuk mendapatkan dukungan yang lebih besar dari kelompoknya hingga akhirnya pecahlah perang local antar kelompok.
Kesejahteraan :
Kecemburuan sosial muncul jika ada kelompok yang sangat sejahtera berdampingan dengan kelompok yang sangat tidak sejahtera. Apalagi jika kelompok yang sangat sejahtera itu mendapatkannya dengan jalan pintas misalnya korupsi. Tentu saja kelompok yang sangat tidak sejahtera akan berang (revolusi sering terjadi karena hal ini kan).  Jadi memeratakan kesejahteraan ini menjadi kunci utamanya. Pemerataan kesejahteraan ini dapat dilakukan dengan:
1.    Memberikan kemudahan serta kesempatan yang sama kepada warga untuk bisa mengakses kebutuhan dasar, terutama : kesehatan, pendidikan, transportasi dan perumahan. Tidak harus gratis, yang penting terjangkau oleh masyarakat.
2.    Pemerintahan yang bersih : pemerintahan yang bersih turut serta memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Peraturan yang objektif serta penegakan hokum secara tegas akan membuat warga merasa dilindungi sehingga respek terhadap pemerintah.  Selain itu masyarakat  juga akan menyadari bahwa setiap warga memiliki kewajiban dan hak yang setara.
Pendidikan:
Mengapa pendidikan saya masukkan sebagai prioritas, karena ini menyangkut daya saing dan pola pikir masyarakat.  Dalam hal daya saing, saya termasuk orang yang meyakini bahwa pendidikan yang tinggi membuat seseorang memiliki daya saing yang tinggi. Pendidikan tidak hanya didapat melalui jalur formal atau sekolah, tetapi juga jalur informal, yang umumnya lebih menitik beratkan pada ketrampilan khusus. Pendidikan yang tinggi membuat seseorang lebih mampu untuk berinovasi, menyesuaikan diri dengan dengan perubahan dan mampu bertahan menghadapi persaingan yang semakin ketat.  Hal ini secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kemampuan meningkatkan kesejahteraan.
Dalam hal pola pikir, masyarakat yang berpendidikan tinggi akan bisa bersikap lebih terbuka dalam menghadapi perbedaan di masyarakat. Mereka tidak akan mudah terhasut oleh hal-hal yang bersifat primordial seperti suku dan agama. Mereka akan melihat permasalahan secara lebih selektif dan tidak mengandalkan pada keegoan kelompok yang merupakan bentuk kesetiakawanan semu. Memang pendidikan yang tinggi tidak menjamin masyarakat bebas dari masalah perbedaan, tetapi meminimalkan potensi konflik akibat perbedaan tersebut. Kerena itulah,  pendidikan masyarakat harus ditingkatkan. Akses masyarakat terhadap pendidikan harus dipemudah, terutama di daerah-daerah terpencil.
Dari uraian diatas bisa disimpulkan sebagai berikut:
1.Pemerataan kesejahteraan akan meminimalkan adanya kecemburuan sosial.
2.Pendidikan yang tinggi akan meningkatkan daya saing masyarakat sehingga mampu meningkatkan kesejahteraannya. Pendidikan yang tinggi juga membuat masyarakat lebih bisa menerima perbedaan sehingga meminimalkan adanya konflik akibat perbedaan tersebut.
3.Pemerintahan yang bersih memberikan rasa aman dan keadilan kepada masyarakat.
Jika ketiga hal tersebut bisa dilakukan, saya yakin masalah tawuran akan bisa dihindari.
Contoh ;
Lokasi sekitar Jalan Minangkabau-Jalan Saharjo, menurut warga sekitar, sering menjadi arena tawuran antarkelompok pelajar. Bahkan, salah satu sudut persimpangan tersebut kerap menjadi tempat berkumpulnyapelajarSMA.
di atas merupakan kutipan dari media sosial yang menjelaskan bahwa arena tawuran pelajar istilahnya sudah ditetapkan Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat         diindonesia

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik. Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat. Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, mereka bangga kalau dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Sangat disayangkan para generasi muda yang harusnya menuntut ilmu untuk masa depannya malah berkelahi dengan taruhan nyawa, mungkin ini beberapa cara untuk meminimalisasi aksi tawuran pelajar.
  1. Sanksi tegas harus diberikan untuk pelaku yang terlibat tawuran sehingga membuat efek jera kepada pelajar tersebut.
  2. Pihak sekolah harus lebih meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya
  3. Keluarga berperan penting dalam membangun individu, jadi luangkanlah waktu untuk anak
  4. Pihak berwajib harus sering mngadakan patroli di daerah yang rawa terjadi tawuran
Selain dukungan yang baik, contoh yang baik pun sangat diperlukan. Karena mau menghimbau atau bahkan bertindak sekalipun tidak akan digubris, jika tidak disertai dengan contoh yang baik dari sang penghimbau maupun penindak itu sendiri. Buktinya tawuran terus terjadi karena ada contoh dari penghimbau atau penindak, meskipun tawurannya berbeda versi atau dimensi.
Jadi sebelum atau kalau mau menghimbau dan bertindak, cobalah untuk memberikan contoh yang baik terlebih dahulu.

Jika kita membaca solusi diatas,banyak sekolah yang menggunakan solusi tersebut, padahal hal itu akan menyebabkan yang lebih buruk lagi. Saya juga tidak menyalahkan solusi diatas. Saya ingin memberikan solusi alternatif saya untuk mencegah tawuran, yaitu :
  • Menanamkan kesadaran bahwa tawuran itu tidak ada segi positifnya.
Menanamkan cara berpikir positif tentang bagaimana cara menyeleesaikan masalah secara baik-baik. Mengajari bagaimana caranya menghindarkan diri dari terjadinya tawuran. Memberitahu bagaimana caranya menyelamatkan diri dari bentrokan antarpelajar. Membeitahu tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah secara baik-baik.Menanamkan faham bahwa mengalah bukanlah kalah. Mengajarkan bagaimana usaha untuk mengendalikan emosi-negatif menjadi emosi-positif.
  • Mengubah mindset para pelajar
Solusi terbaik yaitu adanya program mengubah mindset para pelajar dari perilaku pro-tawuran menjadi perilaku anti-tawuran. Untuk itu, dibutuhkan pencerahan-pencerahan psikologis yang langsung menyentuh kejiwaan para pelajar. Tentu, harus dilakukan oleh pihak yang mempunyai keahlian untuk itu. 
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar