PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PINJAMAN LUAR NEGERI
1.PENDAHULUAN.
Kembali kepada masalah pembangunan ekonomi beserta dengan pembiayaannya. Pinjaman luar negeri biasanya timbul karena suatu Negara itu mengalami kekurangan capital karena sumber – sumber dananya di dalam negeri memang Cuma sedikit.
Terutama bagi Negara – Negara sedang berkembang yang ingin mempercepat laju pertumbuhan ekonominya yang kemudian dapat menyamai tingkat hidup di Negara – Negara yang sudah maju, investasi dalam jumlah yang besar perlu dijalankan, sehinggal hasilnya akan hanya di serap oleh pertambahan penduduk saja. Di Negara – Negara sedang berkembang umumnya tingkat investasi adalah rendah ( 4 – 5 %/tahun dari pendapatan nasional ), sehingga Negara – Negara tersebut sering kali berada pada perangkap pendapatan seimbang yang rendah ( low level equilibrium ).
Kalau suatu Negara mempunyai pinjaman, maka pengelolaan dari pinjaman Negara itu sangat penting demi kestabilan dan pertumbuhan dari pendapatan nasional. Adapun pinjaman Negara dalam pembangunan ekonomi semakin meningkat apabila penerimaan Negara yang berasal dari sumber – sumber lain terlalu kecil untuk menutup pengeluaran – pengeluaran atau karena terlalu kecilnya dana tabungan yang tersedia untuk investasi. Tabungan di Negara – Negara yang sedang berkembang rendah karena adanya lingkaran setan yang tak berujung pangkal ( vicious circle ) di Negara – Negara tersebut yaitu bahwa Negara – Negara itu miskin karena miskin.
Karena adanya ‘low level equilibrium trap* ) di Negara – Negara sedang berkembang, juga karena adanya ‘vicious circle’ maka baik tabungan maupun dasar pajak ( tax base ) juga rendah, sehingga penerimaan pemerintahan rendah pula.
Dengan rendahnya dana tabungan yang ada dalam masyarakat maka pembangunan tak dapat di percayakan kepada kemampuan swasta sehingga pemerintah terpaksa lebih aktif dalam mengusahakan berhasilnya pembangunan ekonomi di Negara – Negara tersebut. Pemerintah – pemerintah di Negara sedang berkembang sangat aktif dalam usaha mengejar ketertinggalannya terhadap Negara – Negara maju.
Oleh karena itu kegiatan – kegiatan pemerintah semakin meningkat dengan berbagai program dan proyek pembangunan sehingga jelas bahwa pengeluaran – pengeluaran juga meningkat.
2.ISI.
Pinjaman luar negari sebagai sumber capital.
Di sebagian besar Negara – Negara sedang berkembang, kemungkinan bagi akumulasi capital terbatas karena di samping rendahnya produktifitas juga karena tingginya tingkat konsumsi baik untuk sector swasta maupun sector pemerintah yang di sebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan adanya efek pamer ( internasional demonstration effect ). Untuk dapat melaksanakan pembangunan ekonomi dengan baik dank arena kurang tersedianya barang – barang dan jasa di dalam negeri, maka di perlukan impor baik yang berupa impor bahan dasar maupun barang – barang capital termasuk pengetahuan tehnik dan ahli – ahlinya.
Alasan mengapa barang – barang primer memberikan penerimaan devisa yang rendah adalah karena :
a.Rendahnya elastisitas permintaan.
Untuk hampir semua barang primer yang di ekspor oleh Negara – Negara sedang berkembang, baik elastisitas permintaan dalam hubungannya dengan harga ( price elasticity of demand ) maupun elastisitas permintaan dalam hubungannya dengan pendapatan ( income elasticity of demand ) terhadap barang – barang tersebut adalah rendah. Sehingga baik perubahan dalam harga maupun perubahan dalam pendapatan tidak akan mempengaruhi permintaan yang terlalu besar terhadap barang – barang tersebut.
b.Ketidak stabilan harga.
Banyak dari barang – barang primer itu yang benar – benar hanya di hasilkan oleh Negara – Negara sedang berkembang, sehingga bila ada kenaikan harga dari barang – barang tersebut di pasaran luar negeri, maka penerimaan devisa dan pendapatan nasional Negara – Negara tersebut meningkat dan akan mendorong naiknya produksi barang – barang tersebut, walaupun tidak dalam waktu yang begitu pendek sehingga harga – harga akan turun kembali yang selanjutnya Negara – Negara tersebut akan kembali mengalami penurunan baik dalam hasil ekspor maupun pendapatan nasionalnya. Dengan demikian, penerimaan devisa tak dapat di harapkan tetap tinggi.
c.Memburuknya nilai tukar ( terms of trade )
Seperti di ketahui barang – barang ekspor Negara – negara sedang berkembang itu sendiri dari barang- barang primer, dimana harga – harganya cenderung untuk tetap,kalau tidak turun, dan sebaliknya impor negara tersebut berupa barang – barang hasil industri pabrik yang harganya tidak cenderung turun tetapi justru sebaliknya karena kualitas – kualitasnya senantiasa meningkat sehingga nilai tukar ( terms of trade ) barang – barang primer terhadap barang – barang pabrik itu semakin memburuk.
Pemilihan antara pinjaman dalam negeri ( internal debt ) dan pinjaman luar negeri ( external debt ).
Kegagalan dari tabungan dalam negeri guna menghadapi kebutuhan investasi, serta kegagalan penerimaan Negara dari sumber di dalam negeri dalam melayani pengeluaran Negara, menyebabkan peranan pinjaman Negara menjadi meningkat. Pinjaman Negara ini seperti telah di katakan dapat berupa pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Apabila perbedaannya hanya kerena perbedaan dalam asalnya, maka tidak akan sulit untuk melakukan pemilihan di antara mereka. Meskipun bagi Negara – Negara yang kaya tingkat tabungan di Negara itu biasanya sudah tinggi, tetapi mungkin penerimaan pemerintah relative rendah dan tidak cukup untuk menutup pengeluarannya maka masih ada masalah pemilihan nama yang lebih baik untuk di tempuh apakah pinjaman dari luar negeri atau kah pinjaman dari dalam negeri.
Pemilihan tersebut memerlukan beberapa pertimbangan berhubungan dengan sifat – sifat pinjaman itu seperti yang pernah di sebutkan di depan.
a. Pada masa penerimaan pinjaman.
Apabila pinjaman itu di terima dari luar negeri, maka berarti bahwa pengeluaran – pengeluaran Negara itu di belanjai dengan tabungan Negara lain dan ini merupakan tambahan dana capital yang tersedia. Aliran dana ini jelas tidak akan mengurangi jumlah dana yang ada di tangan swasta. Sebaliknya justru aliran dana itu akan memperbesar jumlah dana capital yang tersedia bagi Negara debitur tersebut. Dengan demikian maka pendapatan sector swasta masih akan meningkat pada waktu – waktu berikutnya.
b. Pada masa pembayaran kembali pinjaman.
Adalah benar bahwa pinjaman yang datang dari luar negeri itu disertai beban yang ditunjukkan oleh pembayaran bunga dan pembayaran cicilan hutang yang di pikul oleh generasi kita di masa yang akan datang. Generasi yang akan datang akan di pungut pajak untuk membayar hutang yang kita buat pada masa kini. Dengan kata lain kita harus memindahkan dana yang di miliki anak cucu kita pada masa yang akan datang itu keluar negeri sebagai pengambilan pinjaman.
3.KESIMPULAN.
Didalam mencari pinjaman luar negeri, suatu Negara hendaknya bersikap hati – hati yaitu mencari pinjaman dengan syarat – syarat yang termurah secara relative dalam perbandingannya dengan hasil produksi yang dapat di ciptakan dari pinjaman tersebut.
Dalam jangka pendek kapasitas memikul beban hutang itu sangat di pengaruhi oleh fliktuasi dalam perdagangan internasional dan dalam jangka panjang adalah sulit untuk menentukan karena tergantung pada berhasilnya pembangunan ekonomi.
Pinjaman yang di terima hendaknya di pergunakan seefisien mungkin dan dapat bersifat membiayai sendiri ( self financing ), sehingga dalam jangka waktu tertentu dapat menghasilkan devisa karena meningkatkan produksi ekspor dan atau menghemat penggunaan devisa karena adanya kegiatan impor substitusi.
Syarat – syarat yang seperti itu merupakan batasan yang kaku untuk menggunakan pinjaman luar negeri. Ini berarti bahwa cara yang paling menguntungkan pada saat itu untuk memperbaiki ekonomi Indonesia adalah melalui penarikan modal asing untuk ditanam di Indonesia. Sebenarnya juga banyak Negara yang ingin menarik modal asing, tidak hanya Indonesia. Hanya kelebihan yang di miliki Indonesia ialah masih banyak sumber – sumber alam yang belum di manfaatkan, tapi sayangnya hak usaha yang di berikan sering bterlalu pendek sehingga hal ini masih kurang menarik bagi investor – investor asing, dan cenderung menguras habis sumber daya alam yang ada. Sekarang masalahnya bagaimana membuat biaya – biaya eksploitasi itu serendah mungkin sehingga dapat menarik masuknya modal asing ke Indonesia. Ini berarti bahwa “ external economies “ harus mampu membuat biaya – biaya itu menjadi rendah.
Modal atau investasi asing tidak hanya berguna untuk mengolah dan memanfaatkan sumber – sumber alam tetapi juga untuk mengenalkan tehnik – tehnik baru dan cara – cara serta pengelolaan yang lebih baik. Melalui efek pamer ( demonstration effect ) di harapkan ide – ide baru tersebut dapat cepat di tiru di Negara – Negara debitur. Dengan mengambil pertimbangan itu semua, jelaslah bahwa pemerintah hendaknya mengikuti strategi penggunaan dana yang terbatas jumlahnya itu untuk menciptakan suatu “ external economies “ yang luas untuk mendorong investasi – investasi swasta yang lebih besar baik nasional maupun asing.
Akhirnya pinjaman luar negeri hendaknya di gunakan hanya pada bidang – bidang kegiatan jelas – jelas tidak menarik bagi investor swasta asing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar